Perkembangan Matematika di Babilonia dan Mesir

1.        Perkembangan Matematika di Babilonia        

Babilonia adalah wilayah budaya kuno di pusat-selatan Mesopotamia (Sekarang Irak), dengan Babel sebagai ibukotanya. Sejarah peradaban dunia mencatat, bahwa bangsa Babilonia memberikan peranan yang besar dalam berbagai bidang. Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Babilonia telah mencapai kemajuan, salah satunya dalam bidang matematika. Bangsa Babilonia dianggap sebagai bangsa yang memiliki pengetahuan matematika tertinggi. Sehingga perkembangan matematika di Mesopotamia lebih dikenal dengan “Matematika Babilonia”.
Peradaban bangsa Babilonia di Mesopotamia menggantikan peradaban bangsa Sumeria dan Akkadia. Dalam bentuk bilangan yang digunakan, bangsa Babilonia mewarisi ide dari bangsa Sumeria, yaitu menggunakan sistem numerasi sexadesimal yang dicampur dengan basis 10 dan sudah mengenal nilai tempat. Basis 10 digunakan karena bilangan 1 sampai 59 dibentuk dari simbol “satuan” dan simbol “puluhan” yang ditempatkan menjadi satu kesatuan. Sistem bilangan ini mulai digunakan sekitar tahun 2000 SM. Namun kelemahan sistem bilangan Babilonia belum mengenal lambang nol. Baru beberapa abad kemudian, kira-kira pada tahun 200 SM, bangsa Babilonia telah melambangkan nol yang ditandai dengan spasi. Berikut ini adalah 59 simbol bilangan bangsa Babilonia.

Ditemukan juga sebuah lempengan kurang lebih ada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak tahun 1850-an. Lempengan tersebut berisi tentang ilmu-ilmu matematika dan juga ditemukannya tulisan Plimpton dari Mesopotamia yang terdari 4 kolom 15 baris yang berisi triple phytagoras. Berdasarkan penemuan beberapa naskah matematika di Babilonia tersebut, selanjutnya menginspirasi ilmuwan muslim untuk mengembangkan matematika selanjutnya. Seperti Tsabit bin Qurrah, yang dikenal sebagai ahli geometri terbesar pada masa itu. Tsabit juga menerjemahkan karya orisinil Archimedes.

2.      Perkembangan Matematika di Mesir
Peradaban bangsa Mesir sangat bergantung pada kesuburan sungai Nil. Bangsa Mesir telah menetap di lembah Nil dikarenakan melimpahnya air di sungai ini dan karena mereka bisa mengolah tanah dengan persediaanair yang telah diberikan oleh sungai yang tidak tergantung kepada musim hujan.
Dari peradaban di sekitar sungai Nil inilah salah satu cabang matematika lahir. Pada waktu para pendeta Mesir melakukan pengukuran terhadap pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir. Melalui pengamatan inilah ahli matematika mulai mengembangkan geometri. Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Biasanya tulisan ini ditemukan pada sebuah batu ini dan dikenal dengan sistem hieroglyph dan hieretic. Penulisan sistem hieroglyph dapat dimulai dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, atau dari atas ke bawah maupun sebaliknya.
 
 




Ditemukannya sistem bilangan di Mesir kuno, didasarkan padapenemuan naskah matematika di Mesir oleh para ilmuwan. Mereka mengatakan bahwa penemuan pertama naskah matematika yang dimiliki orang Mesir kuno berupa papyrus, yaitu sebuah alat tulis sederhana menyerupai kertas.

Comments (0)